Banten Sebelum Islam Ibu Kota Kerajaan Kuno Sebelum Pajajaran
JAKARTA - Sajarah Banten menceritakan bahwa Hasanudin tinggal bersama delapan ratus ajar atau cantrik kalau di Jawa, yang dipimpin oleh Pucuk Umun. Hasanudin tinggal dengan mereka selama lebih dari sepuluh tahun. Para ahli menyimpulkan bahwa selama itu pula proses konversi ke Islam terjadi di Banten.
Naskah Sejarah Banten, dalam buku "Banten Sebelum Zaman islam" (Claude Guillot dkk. 1996/1997) memberi banyak petunjuk tentang sebuah ibu kota kerajaan kuno yang telah ada sebelum zaman kerajaan Pajajaran.
Dilansir dari laman resmi Indonesia.go.id, Minggu (8/8/2021), petunjuk itu terlihat pada cerita tentang hal-hal yang dilakukan oleh Hasanudin ketika datang ke Banten.
Kala itu, ia melakukan sejumlah upacara di tiga gunung yakni Gunung Karang, Gunung Pulasari, dan Gunung Lancar. Untuk nama yang terakhir peneliti sejarah menyimpulkan bahwa itu adalah nama kuno dari Gunung Aseupan yang ada sekarang.
Baca juga: Prank" href="https://nasional.okezone.com/read/2021/08/05/337/2451504/sultan-dari-riau-pernah-menyumbang-rp1-triliun-untuk-indonesia-tapi-bukan-prank">Sultan dari Riau Pernah Menyumbang Rp1 Triliun untuk Indonesia, tapi Bukan Prank
Hasanudin sangat memperhatikan satu gunung yakni Gunung Pulasari. Di gunung itu tinggal keturunan penguasa lama yakni Brahmana Kandali.
Ciri khas proses konversi ke Islam pada kurun transisi terlihat pada riwayat Hasanudin yang mengharuskan para Ajar untuk tetap menempati Gunung Pulasari walaupun mereka sudah Islam. Sebab menurut Hasanudin, jika tempat itu kosong tanpa pendeta maka tanah Jawa akan berakhir.
Kisah ini menemukan data kesejarahannya dalam penelitian yang dilakukan oleh Rouffaer dan Ijzermann di tahun 1915. Penelitian itu menunjukkan bahwa pada akhir abad 16 masih terdapat sebuah desa bernama Sura yang ada di kaki Gunung Karang. Di sana tinggal sekelompok pendeta beragama Hindu dengan izin raja Banten. Konon mereka adalah para pendeta yang mengungsi ke barat akibat konflik yang terjadi di Pasuruan.
Baca juga: Saat Sri Sultan HB IX Hibahkan 6 Juta Gulden Ketika Keuangan Indonesia Terpuruk
Arca Bongkok
Di Desa Sanghyang Dengdek, Kecamatan Pulasari, sekarang bernama Saketi, Kabupaten Pandeglang, terdapat satu arca purba yang dinamakan "Sanghyang Dengdek". Bentuknya menyerupai sosok laki-dengan bentuk kepala yang dipahat kasar menyerupai patung zaman megalitik dalam bentuk pendek dan gemuk.
Balai Arkeologi Nasional menyebutnya sebagai batu menhir yang berbentuk manusia. Tinggi arca ini 95 cm dengan keliling badan 120 cm dan diameter kepala 20 cm.
Sebelumnya
0 Response to "Banten Sebelum Islam Ibu Kota Kerajaan Kuno Sebelum Pajajaran"
Post a Comment