Letjen S Parman

  • Informasi Awal

  • TRIBUNNEWSWIKI.COM - Letjen TNI S. Parman merupakan salah satu pimpinan militer yang dibunuh saat G30S terjadi.

    Ia iahir di Wonosobo, Jawa Tengah, pada 4 Agustus 1918.

    Setelah lulus dari sekolah tinggi di Belanda pada 1940, pria dengan nama lengkap Siswondo Parman ini melanjutkan sekolahnya di bidang kedokteran.

    Akan tetapi, ia tidak bisa melanjutkan pendidikan dokternya lantaran datangnya Jepang yang menjajah Indonesia.

    S. Parman kemudian bekerja untuk polisi militer Kempeitai Jepang.

    Namun, ia ditangkap karena pihak Jepang meragukan kesetiaan dari S. Parman, tetapi setelah itu S. Parman dibebaskan. (1)

    Letjen S Parman, korban keberingasan PKI pada 30 September 1965. Letjen S Parman, korban keberingasan PKI pada 30 September 1965. (Wartakota.com)

    Baca: Mayor Jenderal Achamadi

  • Karier Militer

  • Pada masa penjajahan Jepang, S. Parman sempat ikut dan diangkat sebagai perwira sipil Kempeitai (polisi militer Jepang).

    Namun, setelah Indonesia merdeka ia bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

    Tentara Keamanan Rakyat (TKR) ini merupakan cikal bakalnya Tentara Nasional Indonesia.

    Kariernya di dunia militer cukup bagus. Pada tahun 1945 dia diangkat menjadi kepala staf dari Polisi Militer di Yogyakarta.

    Empat tahun kemudian ia menjadi kepala staf untuk Gubernur Militer Jabodetabek dan dipromosikan menjadi mayor.

    Letjen S. Parman Letjen S. Parman (Kolase Pos Kupang)

    Baca: Jenderal Soedirman

    Ketrampilannya dalam bidang militer diuji ketika adanya pemberontakan yang dipimpin oleh Raymond Westerling.

    Raymond Westerling bersama pasukannya yang bernama "Hanya Raja Angkatan Bersenjata" (Angkatan Perang Ratu Adil, APRA) melakukan pemberontakan dengan tujuan untuk membunuh komandan menteri pertahanan dan angkatan bersenjata.

    Namun, pemberontakan itu dapat ditumpas oleh Siswondo Parman.

    Kemudian pada 1951 ia dikirim untuk berlatih di Sekolah Polisi Militer di Amerika Serikat.

    Karier Siswondo Parman semakin melejit, ia berhasil menduduki jabatan penting seperti Polisi Militer Nasional HQ, dan Departemen Pertahanan Indonesia.

    Selain itu ia juga dikirim ke London sebagai atase militer ke Kedutaan Indonesia di sana.

    Setelah itu pada 28 Juni dia yang berpangkat Mayor Jenderal kemudian diangkat menjadi asisten pertama dengan tanggung jawab untuk intelijen untuk Kepala Staf Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani. (2)

    Baca: Jenderal TNI Gatot Soebroto

    Siswondo Parman menjadi korban ketika meletusnya Gerakan 30 September 1965 atau yang dikenal dengan G30S.

    Kala itu pada malam 30 September-1 Oktober di area rumahnya tidak ada petugas yang menjaga.

    Hingga menjelang pagi hari pukul 04.00, ia dan istrinya terbangun dari tidurnya karena suara dari samping rumahnya.

    Ia pun keluar untuk menyelidiki dan ternyata telah ada 24 tentara dari Pasukan Cakrabirawa (pasukan penjaga istana presiden) yang sudah menuju ke ruang tamu rumahnya.

    Parman pun berganti pakaian dan ketika 10 Cakrabirawa mengikutinya.

    Bahkan, istri Parman yang diminta untuk menghubungi Jenderal Ahmad Yani pun tidak bisa lantaran saluran telepon telah diputus.

    Siswondo Parman pun diangkut dengan truk dan dibawa ke ke basis gerakan di Lubang Buaya.

    Sesampainya di Lubang Buaya ia bersama dengan para tentara yang lain dieksekusi dan tubuhnya baru ditemukan pada 4 Oktober 1965.

    Setelah itu jenazahnya pun dikuburkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 5 Oktober.

    Sebelum dimakamkan, dirinya dikukuhkan sebagai Pahlawan Revolusi oleh Presiden Soekarno melalui SK Presiden Nomor 111/KOTI/1965. (1)

    (TribunnewsWiki.com/Bangkit N)

    [embedded content]

    0 Response to "Letjen S Parman"

    Post a Comment