Mengenal Learning Loss Kondisi yang Ditakutkan Nadiem

Jakarta, CNN Indonesia --

Kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) mulai berjalan setelah lebih dari 1,5 tahun para siswa dan mahasiswa harus belajar di rumah akibat pandemi Covid-19.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim menyebut, PTM memang harus dilakukan agar anak tak mengalami learning loss akibat pandemi yang mengharuskan mereka berdiam di rumah.

Apa itu learning loss?

Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UII) Edy Suandi Hamid mengatakan, secara sederhana learning loss adalah hilangnya kemampuan akademik pengetahuan atau keterampilan oleh peserta didik.


Jika dikaitkan dengan pandemi Covid-19, menurut Edy, banyak anak kehilangan kesempatan mendapatkan pengetahuan hingga keterampilan untuk pengembangan sumber daya manusia.

"Sumber daya manusia kita (jadi) lebih rendah dari potensi yang seharusnya bisa dicapai akibat pandemi yang telah memaksa terjadinya pola pembelajaran dari luring ke daring," kata Edy saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (22/9).

Sementara itu, psikolog sosial dari Universitas Indonesia, Hamdi Moeloek menyebut learning loss sebagai generasi yang hilang akibat suatu keadaan, dalam hal ini pandemi Covid-19.

Generasi hilang ini kata dia, lantaran pendidikan anak terganggu, apalagi banyak anak-anak di masa krusial pendidikan yakni di tingkat PAUD, TK, SD, dan SMP justru harus menjalani pembelajaran daring yang belum bisa dianggap berhasil di Indonesia.

Lagi pula, mau tidak mau, pendidikan yang dilakukan di sekolah dengan bertatap muka memang sangat diperlukan. Sebab, dalam konteks pendidikan tak hanya bicara soal membagi ilmu tapi ada hal yang lebih penting yakni pendidikan keterampilan hidup (living skils), dan juga aspek keterampilan sosial.

"Yang idealnya dilakukan di konteks normal, melakukan interaksi sosial. Nah, ini kan jadi enggak ada di zaman pandemi. Jadi loss (kehilangannya) sangat besar. Ini akan berpengaruh juga ke pendidikan karakter," kata Hamdi.

Cara menyiasati agar tak terjerat learning loss

Menurut Edy, pembelajaran daring yang dilakukan lebih 1,5 tahun terakhir seharusnya bisa saja tidak menyebabkan learning loss. Dengan catatan, sistem daring ini didesain dengan baik dan terstruktur sejak awal.

"Atau seperti desain pemerintah dengan sistem pendidikan jarak jauh yang sudah dirancang jauh sebelum pandemi," Kata dia.

Lebih lanjut, Edy menekankan bahwa masalah yang terjadi saat ini adalah serba dadakan dan instan. Sistem daring ini bahkan seolah dipaksakan padahal tak semua sekolah siap melakukan hal tersebut.

"Yang terjadi baru sekedar memindahkan kelas dari tadinya tatap muka, lalu berubah daring dengan berbagai aplikasi yang ada. Pola-pola pengajaran masih konvensional, hanya sekarang bicaranya depan komputer," kata dia.

Padahal, pembelajaran daring yang benar tidak sesederhana itu. Kelas yang dilakukan secara daring mengharuskan peralatan memadai, tutor, modul, bahan ajar yang lengkap dan mudah diakses, hingga kecepatan internet. Sayangnya, untuk internet saja masih menjadi kendala di sejumlah daerah di Indonesia.

Oleh karenanya, menyelesaikan dan menghindari learning loss bukan perkara mudah tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Memindahkan sistem belajar ke daring memang betul-betul harus dipersiapkan dengan matang.

"Tapi jangan nekat (PTM), karena risiko tinggi yang kalau banyak korban, learning loss akan lebih besar. Bayangkan berapa potensi yang hilang kalau banyak nyawa melayang," ujar Edy.

Dia menambahkan, "Jadi jalan keluarnya, perbaiki pembelajaran daring saat ini. Adakan pelatihan-pelatihan. Lengkapi sarana prasarana pembelajaran, jangan hanya cari cara yang instan dan berisiko tinggi."

(tst/agn)

[Gambas:Video CNN]

0 Response to "Mengenal Learning Loss Kondisi yang Ditakutkan Nadiem"

Post a Comment